Para peneliti di Inggris sedang melakukan uji coba terhadap teknologi sensor dan robotik terbaru yang dirancang untuk membantu petani dalam menilai kesehatan tanah dengan lebih cepat. Inovasi ini muncul sebagai alternatif untuk metode konvensional yang dianggap mahal dan memakan waktu lama bagi para petani. Sebuah perusahaan lokal bernama Robotriks telah mengembangkan detektor sinar gamma yang dapat dipasang pada robot beroda, sehingga memberikan kemudahan akses dan respons yang lebih cepat bagi petani dalam memetakan kualitas tanah di lahan mereka. Teknologi yang sedang diuji coba di Cornwall ini diklaim mampu memberikan hasil penilaian yang lebih akurat dan cepat, serta meningkatkan keuntungan dibandingkan dengan metode yang saat ini digunakan. Praktik pengelolaan yang ada saat ini sering kali menjadi beban biaya yang tinggi bagi para petani, karena memerlukan banyak pengambilan sampel yang harus direplikasi, ujar Profesor Genetika Ekologi dari Universitas Plymouth, Jennifer Rowntree, sebagaimana dilaporkan oleh situs Interesting Engineering pada Selasa, 26 November 2024. Ia juga menambahkan, "Inovasi dalam penelitian dan teknologi dapat berperan penting dalam mengatasi masalah ini." Uji coba ini juga melibatkan teknologi satelit yang mampu menyajikan gambar dengan presisi tinggi, sehingga memungkinkan pemantauan pertumbuhan tanaman, perkembangan penyakit, laju degradasi, serta kandungan air tanah. "Ini membantu petani dalam membuat keputusan yang lebih baik untuk praktik berkelanjutan," ungkap Rowntree. Selain itu, sensor inframerah dekat yang digunakan pada perangkat portabel dapat mengukur komponen organik tanpa merusak tanaman. Alat ini juga dapat dipasang pada drone untuk menjelajahi area yang sulit dijangkau, atau pada robot yang menyerupai anjing untuk mengakses lokasi-lokasi yang sempit. Sensor dapat dipasang pada hewan ternak untuk mendeteksi area yang berisiko mengalami pemadatan tanah melalui pemantauan pergerakannya. Data yang terkumpul dapat dikirim ke lokasi yang terpencil, berkat teknologi jaringan jarak jauh yang terintegrasi dalam sensor tersebut. Teknologi DNA juga berperan dalam meningkatkan kemampuan petani dalam memantau kondisi tanah. Penggunaan perangkat sequencer portabel, misalnya, memungkinkan pemetaan komunitas mikroba dan identifikasi infeksi berbahaya seperti Jamur Fusarium. Dengan demikian, petani dapat dengan cepat menyesuaikan metode pertanian mereka. Inovasi ini dianggap sebagai angin segar bagi petani dalam pengelolaan lahan pertanian. Meskipun penelitian tentang tanah terus berkembang, rekomendasi untuk petani sering kali lebih menekankan pada hasil pengukuran fisik dan kimia, sementara faktor biologis tanah sering diabaikan. Secara global, sekitar 12 juta hektare lahan pertanian hilang setiap tahun akibat degradasi, yang mendorong petani untuk mengadopsi praktik pertanian regeneratif. Namun, teknologi inovatif memberikan dukungan kepada petani. Melalui kolaborasi, ahli ekologi dan petani bekerja sama untuk mengatasi krisis tanah yang dihadapi secara global.
UDcSxPECPkWIKj
0
lVLEqssH
0
TqrwbxRoPZXTj
0
qyKnhKyE
0
LqGfXwXPvbD
0